Berkunjung ke Aceh Tengah khususnya Takengon, jangan hanya menikmati pesona Danau Laut Tawar saja. Anda bisa menikmati juga kesenian khas daerah Aceh bagian tengah berupa alunan syair berisi pesan yang sarat akan makna yang disebut Didong. Sampai kini kesenian didong suku Gayo masih terus berdenyut. Dalam seni berdidong diterapkan nilai-nilai keindahan, nilai-nilai religius dan nilai-nilai kebersamaan.
Didong merupakan sebuah kesenian rakyat Gayo yang memadukan antara unsur vokal, tari, dan sastra. Sejak zaman raje Linge XIII didong sudah ada dan Abdul Kadir To`et lah orang pertama yang mengenalkan kesenian didong. Didong dahulu digunakan sebagai sarana Syiar Islam untuk menyebarkan ajaran agama melalui syair.Kesenian didong ini sangat digemari oleh masyarakat Gayo khususnya masyarakat Takengon dan Bener Meriah.
Kesenian budaya masyarakat Gayo ini dimainkan oleh sejumlah pemain dengan diiringi ceh atau pelantun lagu dengan mengandalkan kemerduan suara, kepandaian merangkai syair dan teka teki yang harus dijawab lawan atau sebaliknya. Posisi pemainnya ada yang sejajar dan ada juga yang agak melingkar dengan memegang bantal sebagai alat untuk ditepuk dalam mengiringi irama syair.
Ada beberapa nama didong menurut daerah, fungsi dan kegunaannya yakni, Didong Gayo Lues, Didong Alo, Didong Jalu, Didong Gala dan Didong Niet. Biasanya Didong dimainkan dalam perayaan pernikahan, sunatan dan ulang tahun kota. Dalam perayaan ulang tahun kota, Didong ditampilkan sebagai hiburan selama 6 jam dengan menampilkan beberapa group Didong.
Sumber : www.yukpegi.com