INDONESIAMAGZ – Gua Jepang merupakan salah satu destinasi unggulan di Kabupaten Biak Numfor. Gua Jepang awalnya adalah gua alami yang sering digunakan masyarakat setempat sebagai tempat beristirahat.
Gua Jepang Biak Numfor atau sering disebut Abyab Binsari oleh masyarakat setempat memiliki arti gua Nenek. Di dalam gua juga terdapat mata air yang sering dipakai masyarakat untuk keperluan sehari-hari sebelum akhirnya dimanfaatkan tentara Jepang.
Menurut cerita warga setempat, zaman dulu ada seorang nenek yang tinggal di sekitar gua ini. Namun setelah tentara Jepang datang, nenek itu kemudian menghilang tanpa jejak.
Tentara Jepang pertama kali mendarat ke Biak pada tahun 1943 dengan jumlah tentara kurang lebih 10.000. Tersebar dari gua Jepang, Biak Utara, Biak Barat, Biak Timur, Ambroben Sup, sampai ke Supiori.
Tentara Jepang kemudian membangun benteng-benteng pertahanan di pinggiran pantai sampai ke hutan dan gua-gua yang ada di hutan. Khusus di gua Jepang terdapat sebanyak 3.000 personel tentara Jepang, yang kemudian menjadikan gua tersebut sebagai pusat logistik dan juga tempat persembunyian tentara jepang di bawah Komando Kolonel Kuzume.
Sekitar tahun 1944, tentara sekutu yang berada di bawah kepemimpinan Jenderal Douglas McArthur mengetahui jika pusat Logistik tentara Jepang berada di Biak.
Maka pada 7 Juni 1944, sekutu langsung menjatuhkan bom dan drum-drum bahan bakar di atas gua Binsari ini, yang mengakibatkan lebih dari 3.000 tentara Jepang tewas.
Sekitar tahun 1980, gua Jepang ditetapkan sebagai salah satu objek wisata sejarah perang dunia ke-II. Benda-benda yang ditemukan di area ini diantaranya adalah senjata, baik senjata ringan maupun senjata berat, peluru, helm atau topi-topi tentara jepang.
Selain itu juga ada pesawat jepang, bom, peralatan makan minum, samurai, pistol dan alat-alat kedokteran seperti obat-obatan, kemudian benda – benda dari sekutu.
Potensi destinasi gua Jepang ini sudah sangat keren dengan cerita sejarah yang begitu kuat yang ada di dalamnya. Destinasi ini bisa mendunia bahkan bisa menyandingi Museum War Remnants di Vietnam, bila terus dikemas dengan standar global.